Senin, 31 Agustus 2009

Sudarnoto : Muhammadiyah Menghadapi Kemusrikan Modern

Jakarta – Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, Pembantu Rektor UIN Syarif Hidayatullah mengingatkan bahwa setelah dahulu Muhammadiyah berdiri menghadapi kemusrikan di jamannya, di jaman modern ini model kemusrikanpun bisa berbeda, dan terjadi pada masyarakt modern yang seharusnya rasional.

Dihadapan peserta Pengkajian Ramadhan PP Muhammadiyah di Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Sudarnoto memberi contoh bentuk kemusrikan dengan kisah dua perempuan membeli kalung dengan bandul bermotif Al Qur’an. Perempuan pertama adalah wanita karir, dia membeli kalung itu agar dia bisa terjaga dari bahaya. Sedangkan perempuan kedua yang guru madrasah membeli kalung karena alasan bahwa motifnya artistik.

“Perempuan pertama ini jelas menampilkan kemusrikan di jaman modern, karena dia percaya bahwa yang menyelamatkannya adalah benda” terang Sudarnoto. “Ini reproduksi kepercayaan primitif yang percaya kepada kekuatan benda-benda” lanjutnya.

Dari kisah diatas, Sudarnoto berpendapat bahwa sudah saatnya Muhammadiyah di era modern ini berfikir untuk menjawab tantangan-tantangan dakwah di era modern. “Kasus diatas bukan terjadi pada orang tradisional, atau orang miskin dan di desa. Kasusnya terjadi pada orang mapan di dunia modern” tekan Sudarnoto.

Strategi Kebudayaan

Menurut Sudarnoto gerakan Muhammadiyah butuh membangun strategi kebudayaannya. “Strategi kebudayaan yang baik walaupun panjang adalah pendidikan” terang ketua Fokal Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ciputat ini. “Pendidikan akan menghasilkan peradaban” terangnya.

Namun kemudian Sudarnoto menyatakan bahwa lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah perlu direkonstruksi apakah mampu menjawab tantangan modern ini. “Apakah sudah Islami lembaga pendidikan Muhammadiyah ? “tanya Sudarnoto. Karena menurutnya indikasi pewajiban jilbab, mata kuliah Al Islam dan juga adanya masjid Kampus tidak bisa menjadi indikasi. “Itu saja jelas belum cukup” tegas Sudarnoto.

Menurut Sudarnoto, yang perlu difirkan adalah ketika sama-sama berkuliah di fakultas ekpnomi, apa bedanya sekolah di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dan di kampus umum yang lain. “Agenda seperti Islamisasi Ilmu Pengetahuan perlu difikirkan untuk menjadi dasar pengembangan pendidikan Muhammadiyah.” lanjutnya. “Untuk membangun peradaban utama, agenda terbesarnya adalah mereview lembaga pendidikan Muhammadiyah” pungkas Sudarnoto (arif/Muhammadiyah.or.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar