Rabu, 10 Juni 2009

Ketika Listrik Kembali Diperdebatkan


Sepertinya tulisan saya yang mengkritisi PLN Nunukan mendapat perhatian luas dikalangan Pejabat Pemerintah Daerah Nunukan, Pemerintah Provinsi, DPRD, sampai disebar ke Facebook segala oleh para Copaster Nunukan (Copy and Paste-er). Ternyata tidak sia-sia saya menulisnya. Ada banyak tanggapan terhadap tulisan tersebut, karena benar-benar fokus terhadap masalah paling krusial dan memborok dikota Nunukan, yaitu listrik. Walau banyak yang mendukung tulisan tersebut dan ada juga yang malu-malu mendukung, tapi ternyata ada juga yang apatis dan meng-counter kritik saya tersebut. Tetapi dengan kritik yang tidak memberikan penyelesaian yang baik dan benar.

Pada tulisan tersebut saya menolak ide tentang menghibahkan mesin pembangkit listrik yang dibeli Pemda Nunukan, kepada PLN Nunukan. Apa benar jika mesin tersebut sepenuhnya menjadi aset PLN Nunukan, maka listrik di Nunukan akan membaik? Rumus dari planet mana itu??? Mana ada jaminan kalau listrik akan kembali bagus hanya karena menghibahkan mesin rusak kepada PLN Nunukan. Justru mesin tersebut akan bertambah kerusakannya karena dirawat oleh orang yang tidak profesional, buktinya mesin pembangkit milik PLN Nunukan saja selalu rusak. Semua orang tahu, logikanya mesin rusak karena tidak dirawat secara profesional. Masalah apakah warga mencuri-curi listrik itu masalah PLN yang tidak tanggap dan sekali lagi tidak profesional memelihara distribusi listriknya. Bagaimana mungkin, PLN yang tidak bekerja secara profesional, tetapi pihak lain yang disalahkan? Non sense.

Bertanggung jawablah sedikit. Kalau memang sudah salah, jangan malah ngotot merasa tidak bersalah. Warga akan melihat sikap seperti itu sebagai sikap yang tidak bertanggung jawab dan tidak perlu diberikan simpati apapun karena hatinya keras. Permasalahan sebenar PLN Nunukan hanya Manajemennya saja yang tidak profesional, tidak tertib, tidak tanggap, tidak mau bekerja ekstra keras untuk melayani sang raja yaitu pembeli atau pelanggan PLN. Tetapi kalau fokus usahanya hanya untuk mendapatkan bantuan saja dari pemerintah, maka seperti inilah hasilnya, menghabiskan uang rakyat yang seharusnya digunakan untuk membangun daerah tertinggal dikecamatan lain, memperbaiki jalan-jalan kota, sampai mendidik warganya agar memiliki rasa bertanggung jawab melalui Ormas-ormas, agar kesalahan seperti PLN Nunukan tidak terulang kembali.

Counter-critic tersebut juga sepertinya sibuk menyalahkan pihak lain. Kalau memang PLN Nunukan sudah merasa tidak bersalah, buktikan! Jangan hanya bisa membuat janji saja, tapi buktikan dengan cara mau di audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK, itu bukti yang paling riil sekali. Kalau memang tidak bersalah, berarti tidak perlu takut dengan audit BPK. Tetapi jika nanti ada lagi kritik balasan tulisan ini yang memberikan alasan agar PLN Nunukan tidak boleh di audit oleh BPK atau menolaknya, berarti ada borok yang lebih besar lagi yang disembunyikan didalam PLN Nunukan, itu logika sederhana yang harus diungkap oleh Pemda Nunukan, DPRD Nunukan, PLN Nunukan, dan juga warga Nunukan. 

"SERAPAT-RAPAT BANGKAI DITUTUPI, LAMBAT ATAU CEPAT PASTI TERCIUM JUGA"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar