Kamis, 23 Juli 2009

Menyelami Terorisme Pasca Bom 17 Juli 2009

Bom kembali meledak dijakarta, lagi-lagi sasarannya adalah Hotel bertaraf Internasional dari Amerika yaitu J.W. Marriot. Tetapi dengan tambahan ledakan di Hotel Ritz Carlton yang juga dimiliki oleh pengusaha asal Amerika. Ketika Bom meledak di Indonesia, sangat disayangkan dari beberapa pihak Pers, mereka selalu mengkait-kaitkan aksi peledakan tersebut dengan Pondok Pesantren Ngruki Sidoarjo. Entah apakah mereka para Pers tidak memiliki data fakta rasional yang cukup dan jelas , atau sengaja melakukan propaganda hitam terhadap Ponpes Ngruki tersebut, agar terbentuk opini publik bahwa Ponpes Ngruki Sidoarjo adalah pencetak pelaku Bom bunuh diri, mudah-mudahan saja itu tidak benar, karena Ponpes ngruki adalah sebuah institusi terhormat dikalangan pemeluk Agama Islam di Indonesia ini.

Metro TV bisa dibilang adalah stasiun televisi yang paling konsen mengupas masalah peledakan tersebut, sambil mengundang nara sumber dari berbagai kalangan, seperti Suripto, Edi Sudrajat dan Sydney Jones. Saya sebagai umat Islam menghormati usaha Metro TV dalam melakukan penyelidikan pribadi tersebut, dan banyak informasi yang bisa dikumpulkan dan dicerna oleh masyarakat dari Talk show tersebut yang belum pernah kita dapatkan dari stasiun televisi lainnya. Namun kesalahan dalam memberikan informasi seperti ketika Sydney Jones sendiri membantah intro salah satu acara Metro TV, pelaku peledakan Bom di indonesia tidak semuanya alumni Ponpes Ngruki Sidoarjo. Memang pada intro acara tersebut, ditayangkan profil-profil singkat para pelaku bom bunuh diri. Dan seluruh pelaku dikatakan oleh Metro TV sebagai mantan siswa yang pernah belajar di Ponpes Ngruki, padahal salah. Tidak ada satu kalimat pun yang diucapkan oleh pembawa acara untuk meminta maaf atas kesalahan informasi tersebut, padahal hal itu bisa membentuk opini negatif di masyarakat bahwa pelaku bom bunuh diri selalu dari Ponpes Ngruki. Sampai tulisan ini dibuat tidak ada satu tayanganpun didalam Metro TV setelah acara tersebut yang menginformasi permintaan maaf Metro TV terhadap kesalahan profil pelaku pelekdakan bom, padahal itu menyangkut NAMA BAIK SEBUAH INSTITUSI AGAMA ISLAM. Memang pihak Ponpes Ngruki tidak menuntut agar Metro TV meminta maaf secara terbuka mengenai masalah itu, tetapi sebagai sarana informasi masyarakat yang akurat dan terpercaya, alangkah positifnya jika mereka meminta maaf kepada umat Islam yang menghormati benar institusi Pondok Pesantren Ngruki tersebut.

Saya pun terheran-heran ketika mendengar kabar aksi pemboman di indonesia ternyata masih saja terjadi. Saya heran karena Pemerintah telah pun membentuk sebuah sistem yang dikonsentrasikan khusus untuk mencegah terjadinya aksi peledakan bom seperti yang terjadi pada hari Jum'at 17 Juli 2009 di Hotel Marriot dan Ritz lalu. Sistem tersebut bisa dikatakan sangat tepat karena didukung oleh data lapangan dari Intelijen Negara yang memang dilatih khusus mengumpulkan semua informasi yang diperlukan. Belum lagi eksekutor misi dari Detasemen Khusus 88 Anti Teror yang juga dibentuk dan dilatih secara profesional menghadapi masalah-masalah seperti peledakan tersebut. Buktinya pun telah diungkap oleh mantan personil Densus 88 pada sebuah acara di TV One pada hari Rabu malam 22 Juli 2009. Dikatakan Densus 88 dan Intelijen berhasil mengamankan 42 bom siap ledak disalah satu kota di jawa, berhasil menangkap beberapa orang yang terkait dalam aksi peledakan yang pernah terjadi di Indonesia, dan lain-lain. Tetapi kenapa Bom masih saja meledak di Hotel Marriot yang sebelumnya sudah pernah diledakkan? pasti ada yang salah dalam sistem yang tersusun rapi tersebut, tidak mungkin diluar sistem.

Melihat hasil rekaman kamera keamanan CCTV di hotel J.W. Marriot yang sepertinya mereka menggunakan kamera CCTV yang buruk, karena dari rekaman kamera tersebut tidak mampu memperlihatkan dengan jelas wajah sang pelaku. Padahal itu adalah hotel bertaraf internasional, yang harga satu kali inap dihotelnya bisa mencapai ratusan juta rupiah. Bagaimana mungkin mereka tidak bisa memasang kamera yang lebih baik, sehingga para pelaku bisa dilacak dengan mudah, efisien dan tepat sasaran. Sesuatu yang harus dicurigai. Dari hasil rekaman, pelaku dengan leluasa bisa memasukkan tas berisi bom tanpa terdeteksi oleh pihak keamanan Hotel, padahal dari penuturan warga disana, parkir didepan hotel Marriot saja dilarang dan diusir oleh pihak keamanan hotel. Diluar saja sudah dijaga ketat sedemikian rupa, sangat aneh jika pelaku yang membawa Tas besar dan menutup kepalanya dengan Topi tidak dicurigai sedikitpun dan diperiksa dengan seksama. Jika kita memperhatikan dengan jelas rekaman tersebut, terutama tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak keamanan hotel dan petugas hotel terhadap sang pelaku, terlihat jelas ada komunikasi yang sangat mencurigakan diantara mereka.

Dari berbagai informasi yang saya dapatkan sepenuhnya dari stasiun-stasiun televisi lokal yang mewawancarai nara sumber dari kalangan Muslim, dikatakan Jamaah Islamiyah adalah sebuah organisasi perjuangan melawan militer Kafir yang memerangi kaum Muslim secara terbuka. Sebuah organisasi Tink-tank Muslim yang sangat Rahasia bertujuan untuk merekrut, mengumpulkan, dan mendidik para Muslim yang awam untuk mengerti tentang Dakwah dan Jihad dijalan Allah S.W.T. Agar nantinya ketika telah siap, mereka dapat membantu perjuangan Jamaah Islamiyah di medan perang yang sesungguhnya, yaitu di Afghanistan dan Filipina yang memang jelas sekali adalah tempat dimana perang sesungguhnya terjadi, perang fisik dan mental untuk membebaskan dan melindungi jutaan umat Islam yang tertindas dan teraniaya dinegara tersebut. Sama seperti ketika Densus 88 Anti teror berjuang keras melindungi warga Negara Indonesia dari kekerasan para pelaku bom bunuh diri, dan mafia Narkoba. Dari informasi mantan anggota Jamaah Islamiyah asal indonesia yang diwawancarai juga menyebutkan dengan jelas bahwa Indonesia bukanlah wilayah perang, dan lebih tegas lagi melakukan bom bunuh diri diwilayah damai seperti Indonesia ini adalah Haram atau sangat terlarang. Jelas sekali betapa tujuan Pemerintah Indonesia melawan terorisme dan tujuan mantan-mantan Jamaah Islamiyah tidak jauh berbeda, sama-sama tidak setuju untuk berperang, begitu juga mayoritas warga Muslim. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang mengasuh Pondok Pesantren Ngruki Sidoarjo juga jelas-jelas mengharamkan aksi bom bunuh diri di wilayah damai seperti Indonesia ini. Lalu siapakah "Hantu Terorisme" yang sebenarnya???

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, butuh sebuah kesungguhan dan kepastian data serta informasi. Saat ini, sistem yang dibangun oleh Pemerintah dalam menangani Terorisme telah pun terbukti tidak ampuh, sehingga untuk menjawab secara pasti siapa Hantu Terorisme itu masih tidak valid dan bias. Dibutuhkan sebuah sistem yang lebih lengkap dari sekarang untuk mengumpulkan data dan informasi akurat tentang kegiatan pelaku Terorisme di Indonesia, baik dari Pemerintah melalui Badan Intelijen Negara dan Kepolisian, maupun dari kalangan Muslim sendiri. Kenapa umat Islam harus dilibatkan dalam perburuan Terorisme ini? Untuk memperbaiki citra RUH JIHAD yang semakin lama semakin terkaburkan dan terpudarkan akibat opini Bias dan fitnah yang selalu datang dari Terorisme belakangan ini. Umat Islam yang berkompeten, seperti mantan-mantan anggota Jamaah Islamiyah, alumnus Afghanistan, Alumnus Filipina, Poso dan Ambon seharusnya mulai melindungi Ruh Jihad tersebut dari kotoran-kotoran Terorisme yang menodainya, dengan ikut memerangi kepentingan buruk dari Terorisme tersebut. Tidak menutup kemungkinan, aksi Terorisme yang sering terjadi belakangan ini, ternyata dikendalikan oleh orang-orang yang gila kekuasaan dan gila harta atau gila dunia. Jika benar, dan terdapat banyak sekali indikasi hal tersebut benar-benar terjadi, maka sudah menjadi kewajiban setiap Muslim yang mengaku atau pernah mengaku dirinya Mujahidin untuk memerangi orang-orang yang gila Dunia tersebut, demi terhentinya fitnah terhadap Ruh Jihad. Lagipula bukankah aksi perang terhadap penggila Dunia yang merusak ajaran Islam itu termasuk Dakwah dan Jihad juga...
Wa Allahu a'lam.

Sabtu, 18 Juli 2009

Road Race Kapolres Cup Nunukan 2009



- HARGA KARCIS MASUK UNTUK SATU ORANG SELAMA SATU HARI Rp.20.000,-

- HARGA KARCIS PARKIR KENDARAAN RODA DUA Rp.2.000,- DAN RODA EMPAT Rp.3.000,-

- HARGA COCA-COLA SATU KALENG Rp.6.000,-

:-s